Langsung ke konten utama

DAY 94 (LATE A DAY) - Swinging & Sliding


Swinging & Sliding: Write something inspired by a playground or treehouse.

Waktu aku masih kecil, aku termasuk seorang anak yang maniak dengan yang namanya taman bermain. Dulu, diajak pergi oleh orangtuaku pergi ke taman bermain itu adalah sebuah kebahagiaan yang hakiki buatku. Mau itu taman bermain konvensional yang semua wahananya butuh usaha dahulu untuk bisa dinikmati, atau pun taman bermain modern di dalam mall yang hampir semua wahananya menggunakan daya listrik dan mesin. Pergi ke taman bermain itu artinya aku bisa merasakan keseruan yang tidak bisa aku dapatkan di rumah, dan hal itu selalu buatku ketagihan.

Ngomong-ngomong tentang taman bermain, aku versi bocah dahulu punya fantasi tersendiri untuk taman bermain yang ideal. Setelah aku dewasa, menurutku fantasi itu terlalu tinggi untuk bisa diwujudkan di dunia nyata. Yah, lebih tepatnya terlalu ideal untuk terwujud di tempat aku menetap dahulu. Aku pikir, itu adalah efek karena aku suka membaca majalah untuk bocah seperti Bobo, yang dahulu di beberapa halamannya pasti ada iklan tentang taman bermain yang keren sekali. Aku masih ingat, contoh taman bermain yang paling sering diiklankan itu adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Waterboom. 

Iklan tersebut seperti sebuah hal wajib yang harus muncul di tiap edisinya. Dibuat supaya anak-anak seumuranku bisa terpana dengan serunya segala macam wahana yang ada, cukup dengan menatap gambar yang dipampangkan sedemikian rupa menarik. Membayangkan bagaimana rasanya bisa naik dan menggunakan wahana itu sampai rasanya seperti melayang ke udara saking bahagianya. Lantas pada akhirnya, para bocah seumuranku merengek memanja kepada orangtua kami masing-masing untuk bisa dibawa ke taman bermain yang diiklankan itu di akhir pekan.

Karena aku dulu tinggal di sebuah pulau entah berantah di perbatasan Indonesia dan Singapura, lebih tepatnya di sebelah baratnya pulau Batam, tentunya tidak ada sesuatu pun di pulau itu yang bisa menyerupai Taman Impian Jaya Ancol atau pun Waterboom. Rengekan manjaku berubah wujud menjadi sebuah fantasi di kepalaku sendiri, berandai-andai jika tempat seperti itu ada di pulau tempatku tinggal. Ah, itu adalah 'surga' yang paling aku nanti. Kembali ke kenyataan, aku sadar bahwa yang kami miliki selama hidup di sana hanyalah hamparan pantai yang mengelilingi di segala penjuru. Paling keren yang ada hanyalah wahana berbayar di pasar malam yang murah dan kualitasnya jauh di bawah semua wahana yang pernah kulihat di dalam majalah. 

Mau tau seperti apa taman bermain versi fantasiku? Yang terbayang di dalam kepalaku, ada sebuah tempat yang luas sekali. Tempat itu ramai dengan keluarga yang ingin berekreasi, dan anak-anak remaja yang bercengkrama satu sama lain. Banyak sekali wahana yang ada di sana. Ada beberapa wahana yang selalu muncul di dalam kepalaku saat membayangkan taman bermain. Komedi putar, roller-coaster, dan bianglala — karena tiga wahana itu yang terlihat paling seru! Langit cerah selalu menjadi latar khayalanku. Lalu, warna warni balon, wahana, dan permen kapas yang dipegang oleh banyak anak kecil yang berada di sana menghiasi tempat itu. Wangi popcorn, gula-gula, dan minuman bersoda tercium kemana pun pergi. Bercampur jadi satu, terasa sangat manis walaupun hanya aromanya yang bisa dirasakan hidungku. Banyak ayah, ibu, dan anak-anak mereka saling berjalan bersama, tersenyum karena mereka sangat menikmati pengalaman bersenang-senang di sana. Di penghujung hari, mereka pulang dari taman bermain itu membawa kenangan yang tak terlupakan. Sempurna!

Sejak aku memiliki fantasi itu, setiap aku pergi ke sebuah taman bermain konvensional, aku selalu berharap bahwa suatu hari nanti taman bermain itu akan berubah wujud persis seperti yang aku bayangkan. Suatu hari nanti yang entah kapan datangnya. Saat itu aku masih kecil. Aku masih belum paham bahwa di dunia ini seiring berjalannya waktu, banyak hal yang akan berubah tidak sesuai dengan harapan. Aku — dan anak-anak lain di dunia ini pada umumnya — yang masih hidup di dalam khayalan, yakin sekali bahwa semua fantasi itu bisa terwujud. 

Dimulai dari titik itu, aku tanpa disadari belajar pelan-pelan keluar dari khayalanku. Aku tanpa disadari mulai belajar tentang cara hidup di kenyataan yang sebenarnya. Karena semakin aku beranjak dewasa, hampir semua hal yang kubayangkan akan menjadi indah dan megah di masa depan, berakhir menjadi sesuatu yang usang dan ditinggalkan. 

Di Batam, lebih tepatnya di Sekupang — lokasinya ada di sebelah kiri jalan jika kamu menempuh jalan dari Batu Aji menuju ke pelabuhan Sekupang setelah kamu melewati simpang empat — dahulu di akhir tahun 99 ada sebuah taman bermain yang tidak terlalu luas. Namun, taman bermain itu memiliki semua wahana yang umum ada seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan jaring-jaring panjat — sebenarnya masih ada beberapa wahana lain, tetapi aku sudah lupa. Dahulu, sesekali orangtuaku membawaku bermain ke sana, lantas aku menyukainya! Jauh sekali ke masa depan, taman bermain itu termasuk salah satu korban fantasiku yang pada akhirnya membuatku menangis saat aku berusia 17 tahun. 

Aku hafal sekali warna merah jingga taman bermain itu. Karena tiap aku ke Batam dari Karimun untuk liburan, aku akan melaluinya dengan mobil. Begitu juga saat aku akan pulang ke Karimun lagi. Di antara tetumbuhan pendek yang hijau, taman bermain itu yang terlihat paling mencolok karena warna kontrasnya. Aku selalu menantikan momen melewati tempat itu. Lalu aku akan bergumam dalam hati, 'Waaah, dulu aku sering main di sana. Pengen main ke sana lagi ah kapan-kapan!'

Saat aku 7 tahun, tempat itu masih ada tetapi catnya mulai memudar. Saat aku 8 tahun, taman bermain itu tidak sebagus dulu lagi dan tempat itu mulai ditumbuhi rerumputan. Saat aku 9 tahun, saat terakhir kali aku melihatnya sebelum kepergianku ke Padang, taman bermain itu mulai terlihat usang. Kayu-kayunya terlihat lapuk. Besi-besinya mulai berkarat di sana-sini. Ekspektasi yang sudah kupupuk sejak pertama kali bermain di sana, perlahan runtuh. Sepertinya harapan untuk taman bermain itu menjadi megah harus mulai kulupakan...

Lalu di saat aku 17 tahun, suatu hari aku sekeluarga sedang jalan-jalan mengitari Batam di sore hari. Ayahku saat itu mengambil rute Batu Aji-Marina-Sekupang. Tidak kusangka aku akan kembali melewati jalan yang dahulu biasa kami lalui, jalan menuju lokasi taman bermain! Meskipun aku sudah remaja, tetapi kebiasaanku untuk menunggu mobil kami melalui taman bermain itu tidak pernah hilang. Ah, hari itu aku ditakdirkan kembali untuk bisa melihat tempat bermainku dulu! 

Karena terakhir kali saat aku melewati jalan itu sudah hampir 10 tahun yang lalu, jadi aku agak sulit mengenali pinggiran jalannya. Beberapa tempat di sekitar lokasi itu sudah berubah drastis. Di saat aku berusaha fokus menemukan tempat itu, aku mulai tidak yakin dengan diriku sendiri karena aku kebingungan. Namun, saat kebingunganku memuncak, seketika mobil kami melewati tempat itu. Pertamanya aku tidak yakin. Tempat itu terlihat seperti gundukan besi dan kayu rongsokan. Namun, aku akhirnya yakin bahwa itu tempat yang aku cari, karena di tempat itu sekilas aku melihat beberapa besi berwarna jingga pudar dan ada sebuah besi yang berbentuk mirip dengan perosotan. 

Beberapa detik kemudian, mobil kami sudah melesat berada di simpang empat menuju ke Tiban. Ya, kami sudah melalui tempat itu. Waktu yang dibutuhkan hanya beberapa detik. Tetapi, kumpulan detik yang singkat itu rasanya benar-benar seperti menghancurkan semua kenangan indahku yang pernah ada di sana yang sudah kusimpan bertahun-tahun lamanya. Aku tahu, saat terakhir kali aku melihat taman bermain itu, tempat itu sepertinya memang tidak akan dipugar lagi. Namun aku tak menyangka bahwa tempat itu akan menjadi begitu terlupakan dan begitu tak terawat pada akhirnya. Rasanya seperti tempat itu tak pernah ada di masa lalu. Fantasi yang pernah ada itu benar-benar cuma ada di kepalaku. Beberapa detik setelah itu, hatiku terasa ngilu. Air mata tanpa diberi aba-aba sudah mengalir di dalam keheninganku. 

Dari sana, aku belajar bahwa apapun akan berubah saat melewati masa, walaupun kamu merasa bahwa dirimu sendiri dan pikiranmu tidak pernah berubah. Kamu terlalu kejam kepada dirimu sendiri jika kamu berharap bahwa apa saja yang berarti untuk hidupmu yang kamu tinggalkan dalam waktu yang lama, lama sekali, akan berubah sedikit saja saat kamu diizinkan menemuinya kembali di masa depan. Hatimu tak akan pernah kuat menanggung kekecewaan, karena kenyataan yang kamu hadapi akan berbanding terbalik dari apa yang kamu tunggu dan bayangkan.


Jika kamu terpaksa meninggalkan sesuatu yang berharga bagi dirimu dalam waktu yang lama, maka relakanlah hal itu pada waktu. Relakan dengan tidak menyimpan harapan bahwa sesuatu itu akan tetap sama. Sehingga jika di suatu hari di masa depan kamu diizinkan bertemu dengannya kembali, kamu bisa merengkuhnya lagi seperti sedia kala tanpa harus terluka oleh harapmu.


Tahun ini merupakan tahun ketujuh sejak terakhir aku melihat tempat itu. Aku sama sekali belum pernah kembali lagi ke sana. Namun, jikalau ada kesempatan untuk kembali melewati jalan itu, aku akan bersikap pura-pura tidak melihat bekas taman bermain itu walaupun rasa penasaranku membuncah dan perasaan rinduku meluap. Karena hingga hari ini aku masih belajar untuk merelakannya yang terlalu berharga di pikiranku.

Ngomong-ngomong, dimulai dari tujuh tahun lalu itu pula, kemampuanku untuk bersikap realistis semakin meningkat. Di hari-hari selanjutnya, aku berubah dengan berusaha menyimpan semua fantasi masa kecilku sebagai kenang-kenangan lama yang tak lagi kukaitkan dengan apapun yang aku temui di dunia nyata. Ternyata ekspektasi bisa berpengaruh sebegitu kuat pada diriku.

Aku tidak menyesal memiliki fantasi taman bermain itu. Aku juga tidak menyesal bahwa aku menangis karenanya. Aku tak menyangka bahwa taman bermain buatku bukan hanya sekedar tempat bermain. Namun jauh sekali di masa depan ia menjadi salah satu faktor dalam proses pendewasaanku. 

Ngomong-ngomong, aku jadi pengen pergi ke taman bermain lagi. Kangen main di sana — cuma sudah tidak pantas lagi sama umur, hahaha :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(121113) Ringkasan Pengantar Manajemen Richard L. Daft Bab 11

BAB 11 -Menggunakan Desain Struktural untuk Mencapai Tujuan-tujuan Strategis- A.       Menjelaskan Mengapa Organisasi Membutuhkan Koordinasi Lintas Departemen dan Tingkat Hierarkis Pertama, posisi dan departemen-departemen baru ditambahkan untuk berurusan dengan lingkungan eksternal atau dengan kebutuhan-kebutuhan strategis yang baru. Kedua, para manajer senior harus menemukan jalan untuk mempertalikan semua departemen tersebut secara bersama. Organisasi memerlukan sistem-sistem untuk memproses informasi dan memungkinkan komunikasi di antara orang-orang dalam departemen-departemen yang berbeda dan pada tingkat-tingkat yang berbeda. Koordinasi dibutuhkan tanpa memandang apakah organisasi mempunyai sebuah struktur fungsional, divisional, atau tim. Dalam arena internasional, koordinasi sangat penting. Koordinasi adalah hasil informasi dan kerjasama. Para manajer dapat mendesain system dan struktur untuk meningkatkan koordinasi horizontal. Struktur fungsional v...

DAY 310 (LATE 9 DAYS) - Movie Conversation

Movie Conversation: Use a memorable conversation from a favorite movie to inspire your writing. Disclaimer! Buat kamu yang punya rencana nonton film-nya Richard Linklater dari semua trilogi ‘Before’ dan terkhususnya film ‘Before Sunset’, dianjurkan untuk tidak membaca tulisan ini lebih lanjut demi pengalaman menonton dan mengeksplor film yang lebih baik secara pribadi. Karena tulisan ini akan punya banyak bocoran tentang plot cerita di dalam film dan trilogi ‘Before’. Namun, jika kamu tetap ingin lanjut membaca, maka segala risiko akan ada di tanganmu dan itu berada di luar tanggung jawabku, yah! Makasih buat pengertiannya!  Dari sekian banyak cerita dari film-film romansa pada umumnya yang ada di saat sekarang, menurutku kita udah terlalu banyak diberikan plot cerita yang terlalu fantastis untuk terjadi di dunia nyata. Dikasih banyak adegan yang manis-manis dan sedikit adegan konflik. Enak sih kalo buat dijadiin bahan khayalan… Namun ujung-ujungnya setelah menonton film-film ters...

THEME #298 - In the Moment

                    In the Moment: Write about living in the present moment.               Hello, my gap moment! Dulu di saat aku belum setua sekarang, aku berpikir bahwa aku tidak akan lagi bisa mengalami yang namanya ‘gap moment’ . Karena di pikiranku, menjadi dewasa adalah tiap harinya punya banyak tanggung jawab dan hal yang harus dilakukan supaya hidupku bisa berjalan dengan layak dari hari ke hari. But, here I am. Going back to my Mom’s hometown where my family are living for the last many years after I decided to resign myself from my job in my lovable city . Berhenti sementara dari kesibukan eight-to-five di hari kerja dan benar-benar banyak menghabiskan waktu hanya di rumah. Sejujurnya, ini adalah saat yang sangat aku inginkan sedari lama. Sejenak berhenti dari hiruk pikuk pekerjaan hanya untuk melakukan apa pun yang aku inginkan dan rehat dari hari-h...