Outside the Window: What’s the weather outside your window doing right now? If that’s not inspiring, what’s the weather like somewhere you wish you could be?
Hari
ini adalah hari pertama di tahun 2020, dan topik di atas adalah tema
pembuka awal tahun yang tepat. Ada beberapa orang yang percaya, bahwa
semua kejadian yang terjadi di awal tahun akan menjadi gambaran sisa
tahun yang akan kita jalani. Misalnya, jika di awal tahun kita
memiliki rezeki yang bagus dan kesehatan yang prima, maka itu
pertanda bahwa kehidupan yang akan kita hadapi hingga akhir tahun
akan baik juga. Juga sebaliknya, jika di awal tahun hal-hal tadi
tidak bagus, maka kehidupan yang akan kita lalui hingga akhir tahun
juga tidak akan mulus. Cuaca di hari pertama di tahun baru juga tidak
luput dari kaitan ini. Biasanya, cerah identik dengan keberuntungan,
sedangkan mendung dan hujan identik dengan kegagalan —
dan
entah dari mana cara menilai seperti ini bermula.
Aku
berbahagia bangun pagi ini. Karena di saat aku membuka jendela,
langit terlihat bersih tanpa awan. Hanya ada bentangan warna biru
langit yang cantik sekali. Burung-burung sudah terbang lalu lalang
dengan lincah, hinggap dari pohon satu ke pohon yang lain. Hmm,
pertanda baik untuk hari-hari selanjutnya, kan?
Tetapi,
beberapa jam kemudian beranjak ke siang hari, awan-awan putih mulai
muncul sedikit demi sedikit. Lalu mereka bergabung. Awalnya hanya
berbentuk gumpalan kecil, lalu gumpalan agak besar berwarna putih
pekat, lalu awan-awan itu menjadi berat sehingga berubah menjadi
gumpalan besar nan luas yang berwarna abu-abu. “Sepertinya siang
ini akan hujan, ya”, kataku membatin. Pertanda yang tidak baik,
sebentar lagi sinaran mentari akan berganti dengan curahan air yang
akan membasahi bumi.
Anehnya,
hujan tak kunjung turun. Selepas pukul 2 siang, tetiba angin datang
bertiup lalu membawa pergi semua awan gelap tadi ke tempat lain —
yang
lebih pantas untuk menerima curahan hujan yang menyegarkan —
secara
cepat. Seketika, langit yang terlihat sendu berubah kembali indah
dengan warna birunya akan selalu memukau pandangan
mataku. Cahaya jingga matahari sudah kembali lagi, dan langit tetap
tampil seperti itu hingga sore. Langit menampilkan pertunjukan sore
bersemburat jingga dan merah muda. Jadi bagaimana kabar kita ke
penghujung tahun ini? Baik atau burukkah?
Terdengar
klise sekali jika kita harus meramal apa yang akan terjadi di masa
depan hanya dengan mengambil suatu patokan yang manusia saja tidak
dapat mengaturnya. Karena kehidupan dan masa depan perancangnya
adalah Tuhan. Bukan manusia yang memilikinya. Semua hal yang akan
terjadi di masa depan adalah suatu misteri yang tidak ada satu orang
pun yang bisa menerkanya, karena kodratnya manusia itu adalah
memiliki kemampuan yang lemah dan terbatas. Bahkan cuaca saja dalam
satu hari bisa berganti dan berdinamika begitu cepat, bagaimana
jadinya dengan kehidupan kita yang begitu kompleks ini?
Hidup
tidak sesederhana itu untuk diterka, karena kehidupan sudah
diciptakan oleh Tuhan terdiri dari berbagai macam hal yang bergabung
menciptakan sesuatu yang kompleks sekali. Sulit sekali untuk dirunut
satu per satu bagiannya. Dan, terlalu banyak kemungkinan yang ajaib
yang bisa terjadi dalam sekejap mata. Mungkin benar jika saat ini
manusia sudah memiliki sesuatu yang bernama teknologi; sesuatu yang
saat ini digunakan di seluruh aspek kehidupan kita yang memudahkan
berbagai macam kegiatan kita. Tapi tetap saja, manusia hanya bisa
menerka. Manusia tidak akan pernah bisa menggunakan teknologi untuk
memastikan bahwa suatu kejadian akan benar terjadi seratus persen di
masa depan.
Pada akhirnya, semua yang ada di masa depan terjadi karena adanya izin Tuhan.
Hal
terbaik yang bisa kita lakukan untuk menunggu masa depan adalah
berdoa dan berserah diri kepada Tuhan agar kita dilindungi dan
dilimpahkan hal-hal yang baik, dan berusaha memberikan usaha terbaik
dalam seluruh aktivitas kita. Itu saja, tanpa harus menerka-nerka.
Karena Tuhan akan selalu menghargai hambanya yang berserah diri dan
mau berusaha dengan totalitas.
Langit,
oh langit. Cerah atau hujan pun yang akan engkau berikan, semuanya
baik untuk tanah ini —
walaupun
favoritku tetap langit cerah tanpa awan, karena ku suka sekali warna
biru langit.

Komentar
Posting Komentar